Iniyang penting juga. Allah kan tahu apa yang kita butuhkan dan Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita. Kita pun juga tahu bahwa Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan, sehingga pada saat datang kepada-Nya kita bukan hanya sekedar berharap, tapi bersyukur atas berkat yang sudah maupun akan Tuhan berikan. Nah sekarang kakak sudah bisa Sebelumni kita selalu berdoa dengan cara kita 'mengarahkan' Allah untuk cepat-cepat keluarkan kita dari masalah-masalah yang kita hadapi. Jadinya doa yang terbaik kita boleh amalkan sambil mendoakan juga untuk orang lain, adalah dengan cara ini, "Allah.. Allahu Robbunaa.. Laa Nusyriku Bihii Syai'a", (Allah adalah Rabb kami yang kami Diatahu bukan mudah untuk saya membuat pilihan kerana kedua-duanya amat saya sayangi. Sentiasa ingatkan diri bahawa dia bukanlah yang terbaik untuk kita dan yakinlah kita akan menemui insan yang lebih baik. iaitu Allah yang satu, tiada yang lain melainkan dia.. .saya sayang Allah SWT Kerananya, saya faham apa erti cinta yang sebenar Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Nợ Xấu. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Warabarakatuh. Semoga kita semua yang membaca diberikan kesehatan selalu dan selalu dalam lindungan Allah ta’ala. 🙂 Artikel kali ini yang akan dibahas tentang “Allah Tahu Yang Terbaik Untuk Kita” sesuai judul di atas. Pembahasan ini hanyalah garis besar secara umum mengenai ketetapan Allah adalah yang terbaik untuk kita. Bismillahirrahmanirrahim. Dalam Islam, segala sesuatu yang diinginkan seorang umat Muslim dilakukan dengan berusaha ikhtiar, berdo’a dan menyerahkan hasil akhir dari usaha dan do’a kepada Allah tawakal. Manusia boleh berencana, tetapi hasil akhirnya atas kehendak Allah ta’ala. Yaitu qadha dan qadar yang telah ditentukan Allah ta’ala kepada setiap hamba-Nya tanpa terkecuali. Sedikit penjelasan mengenai definisi Qadha dan Qadar. Qadha dalam islam artinya ketetapan. Sementara Qadar berarti kepastian, menurut istilah ialah Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Kedua hal tersebut memiliki makna yang terikat. Qada merupakan kepastian atau ketetapan dari Allah yang masih bisa kita ubah. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [QS. Ar-Ra’d 11] Sementara Qadar, merupakan takdir Allah yang tidak dapat di ubah karena sudah tertulis di dalam Laul Mahfuz. Dalam kehidupan sehari-hari, saat kita ingin meraih peringkat 1 paralel di sekolah, pasti kita akan berusaha untuk belajar dengan giat diselingi dengan berdo’a, lalu kita akan mendapatkan hasil yang kita inginkan. Itulah yang dinamakan qada. Sementara, umur seseorang dan gender seseorang merupakan contoh qadar dari Allah. Walaupun yang kita ketahui saat ini, banyaknya kaum pria ataupun wanita yang melakukan transgender dari laki-laki menjadi wanita, ataupun sebaliknya. Sesungguhnya orang-orang tersebut telah menentang qadar Allah apabila dilakukan dengan alasan yang tidak jelas. Kita sebagai manusia yang beriman, harus yakin kepada Qada dan Qadar. Apakah pantas seseorang dikatakan beriman tetapi tidak meyakini Qada dan Qadar Allah? Tentu tidak. Hakikatnya semua muslim yang beriman, pasti akan meyakini hal tersebut. Seperti meyakini adanya hari kiamat yang akan datang. Kembali ke topik awal. Terkadang segala sesuatu yang kita inginkan belum tentu dikabulkan Allah, dan segala sesuatu yang kita inginkan terkadang hanya menjadi keinginan semata. Bukan keinginan sungguh-sungguh. Berdoa merupakan salah satu bentuk penghambaan manusia terhadap Sang Pencipta. Doa sebagai tanda bahwa manusia sejatinya tidak punya kuasa apa-apa dan selalu butuh pada pertolongan Tuhan. Karena itu, Doa pada hakikatnya ialah memuji dan peribadatan, bukan sekedar minta pertolongan dan bantuan. Setiap orang ingin doanya selalu dikabulkan dan dijawab Allah SWT. Namun seringkali Allah belum mengabulkan doa hambaNya karena Allah ta’ala lebih tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Belum tentu apa yang kita minta selalu baik di hadapan Allah. Sebab itu, kalau belum dikabulkan doa, bersabarlah. Selain bersabar, ketika doa belum dikabulkan, kita perlu juga sering-sering intropeksi diri. Jangan-jangan kita pernah melakukan kesalahan dan kekeliruan. Karena Allah tidak akan mengabulkan doa hamba yang kehidupannya bergelimang dengan keharaman. Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Allah SWT itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para ji-Nya dengan firmannya Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata Yaa Rabbku, Ya Rabbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka jika begitu keadaannya bagaimana doanya akan dikabulkan. HR Muslim Melalui hadis ini, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berpesan bahwa syarat dikabulkan doa adalah tidak memakan makanan yang haram dan rezeki diperoleh dari pekerjaan yang halal. Orang yang sering memakan harta haram dan pekerjaannya tidak baik, maka Allah tidak akan mengabulkan doanya. Sebab itu, perbanyaklah bertaubat dan minta ampun pada Allah, agar segala dosa yang pernah dilakukan diampuni Allah ta’ala. Maka, dalam berdo’a pun ada adab tersendiri. Bukan berdo’a dengan tergesa-gesa kepada Allah. Sangat kecil kemungkinan Allah mengabulkan do’a kita. Perumpamaannya, kamu bukan keluarga dari temanmu, kamu hanyalah sebatas temannya di sekolah, dengan tiba-tiba kamu meminta duit kepada ibu temanmu. Padahal baru saja bertemu. Apakah kamu yakin akan dikasih duit dari ibu temanmu? Tidak malukah kamu kepada ibu temanmu? Seakan-akan tidak memiliki adab yang baik, apalagi meminta sesuatu kepada orang yang lebih tua darimu tanpa melakukan usaha apapun sebelumnya. Segala sesuatu yang kita inginkan belum tentu terbaik menurut Allah walaupun baik menurut kita. Segala sesuatu yang kita inginkan belum tentu yang kita butuhkan. Bisa kita lihat pada kisah Ummu Salamah radhiallahu anha. Ummu Salamah radhiallahu anha ketika suaminya, Abu Salamah radhiallahu anhu meninggal dunia. Tatkala musibah itu terjadi, Ummu Salamah berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, Setiap muslim yang ditimpa musibah akan diberi ganti yang lebih baik, jika ketika ditimpa musibah mengucapkan do’a yang diperintahkan Allah, yaitu do’a Bayangkan perasaan yang dialami Ummu Salamah tatkala itu. Perasaan yang menghampiri setiap wanita tatkala diuji dengan kehilangan sosok terdekat dalam kehidupannya di dunia ini, sementara lisannya berucap, “Laki-laki mana yang lebih baik dari Abu Fulan?!” Ketika Ummu Salamah tetap menjalankan apa yang disyari’atkan ketika seseorang mengalami musibah, yaitu bersabar dan mengucapkan istirja’, Allah ta’ala akhirnya memberikan ganti yang lebih baik dan tidak pernah dibayangkan oleh Ummu Salamah, yaitu beliau dipersunting oleh manusia terbaik, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Demikianlah seharusnya pribadi wanita yang beriman. Tidak semestinya dia membatasi kebahagiaan diri hanya pada satu pintu kehidupan. Memang betul kesedihan pasti dialami oleh setiap orang, bahkan para nabi sekalipun. Tapi yang tidak boleh terjadi adalah membatasi kebahagiaan hidup pada satu situasi atau mengaitkan kebahagiaan hanya pada satu sosok. Dari kisah tersebut, kita ketahui bahwa Allah tahu yang terbaik untuk hambaNya, tahu apa yang hambaNya butuhkan, karena Allah adalah pencipta seluruh alam semesta. Sehingga Allah tahu akan sesuatu yang terjadi pada hambaNya. Kewajiban setiap orang berusaha maksimal meraih keberhasilan bukanlah kewenangannya Setiap orang harus bertawakkal kepada Allah setelah mengerahkan berbagai upaya yang sesuai dengan ketentuan agama dalam meraih keberhasilan. Dan ketika terjadi hal yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan, hendaknya kita mengingat QS. Al-Baqarah 216. Hendaknya kita juga mengingat bahwa di antara kelembutan Allah ta’ala pada hamba-Nya adalah “Dia menakdirkan berbagai macam musibah, cobaan hidup, serta ujian berupa perintah dan larangan yang berat dijalankan oleh hamba-Nya, sebagai bentuk kasih sayang dan kelembutan pada mereka, serta untuk menuntun mereka pada kesempurnaan diri dan agar limpahan nikmat tercurah secara sempurna kepada mereka. “ [Tafsir Asma al-Husna hlm. 74]. Dan termasuk kasih-Nya yang agung adalah Allah ta’ala tidak menjadikan kehidupan dan kebahagiaan manusia terikat secara total kecuali hanya kepada-Nya, sehingga segala sesuatu itu bisa tergantikan secara penuh atau sebagian. Percayalah, apa yang terjadi saat ini pada kita adalah ketetapan yang terbaik menurut Allah ta’ala. La tahzan... Allah sungguh menyayangi hambaNya. Ketetapan yang Allah kasih bukan berarti Allah tidak menyayangi hambaNya, karena Allah menginginkan yang terbaik untuk kita dibalik doa-doa yang kita ucapkan selepas sholat. Percayalah, dibalik semua ini, ada kebahagiaan yang datang selama kita meyakini ketetapan Allah adalah yang terbaik untuk kita. Daftar Pustaka ttps// Oleh Ummu Shofi Sore itu kulihat suamiku mondar mandir keluar masuk ruangan dengan wajah murung. Aku tahu sebabnya, dia tidak diterima dalam seleksi masuk S-2 di sebuah lembaga pendidikan yang dia inginkan, walaupun hasil test dia terbaik dari hasil tes peserta yang lain, dengan alasan suamiku telah diterima di lembaga lain yang masih ada dalam satu naungan. Suatu hal yang sangat wajar bila dia kecewa. Namun aku mencoba untuk menghibur walau aku sendiri merasakan kesedihan yang sama, dengan mengatakan “Sudahlah Bi, Insya Allah ada hikmahnya. Mungkin ini pilihan yang terbaik dari Allah buat kita”. Suamikupun berusaha untuk melapangkan hati, berusaha menghilangkan kekecewaan, dan menjalani pilihan Allah itu dengan sungguh-sungguh. Dengan rasa yakin, Allah pasti memberi yang terbaik. Benar saja, dalam perjalanan kuliah, Allah memberikan kepada suamiku tempat kerja yang memungkinkan untuk memperoleh beasiswa belajar. Padahal sekiranya suamiku diterima di lembaga yang dia inginkan, tidak ada program beasiswa disana, walaupun diakui secara kualitas pendidikan di lembaga tersebut mungkin lebih baik. Beberapa bulan sebelum beasiswa turun, negeri ini dilanda krisis ekonomi. Segala kebutuhan pokok naik, biaya transport naik, dan usaha yang dirintis suamiku tidak lancar. Apabila suamiku diterima di lembaga pendidikan yang dia inginkan, mungkin study-nya tidak selesai, dan pekerjaanpun lepas entah kemana. Inilah sekilas pengalaman pribadi kami, yang mungkin dapat diambil hikmahnya. Bahwa, seringkali kita sulit menerima kenyataan yang ditentukan oleh Allah Sang Penguasa kepada kita. Hingga kita banyak berkeluh kesah, memendam kekecewaan yang panjang dan bersu’udzon kepada Allah. Bahkan ada yang sampai berani mengatakan, Allah tidak adil na’udzu billahi min dzaalik. Demikianlah, kehidupan kita senantiasa diwarnai dengan kejadian yang senantiasa berpasangan. Ada senang ada susah, ada kesuksesan ada kegagalan. Yang sering kali kita tidak mengerti dan tidak mampu memahami hikmah dibalik setiap peristiwa. Yang kesemuanya mengajarkan kepada kita untuk senantiasa bersyukur atas setiap rahmat yang dianugerahkan kepada kita, dan bersikap sabar dalam setiap ujian. Kita harus meyakini sepenuhnya bahwa Allah Pencipta kita, lebih Tahu mana yang terbaik bagi kita. Apa saja yang kita inginkan dan kita senangi, belum tentu baik menurut pandangan Allah. Sebaliknya, apa yang tidak kita inginkan dan tidak kita senangi belum tentu buruk untuk kita, menurut pandangan Allah. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” QS Al Baqoroh 216. Sehingga, seharusnyalah kita sebagai ummat-Nya selalu menggantungkan diri kepada-Nya. Mengkomunikasikan segala keinginan kepada-Nya. Memohon petunjuk dan bimbingan untuk dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk, dan selalu berprasangka baik kepada Allah atas segala ketentuan yang ditetapkan. Menyertakan do’a dalam setiap usaha. Dan lapang dada, tawakkal kepada Allah terhadap segala yang terjadi. Sehingga kehidupan ini akan menjadi nikmat dijalani. Nikmat yang dianugerahkan-Nya akan menambah ketaatan kita, dan cobaan yang diberikan akan menjadikan kita lebih dekat kepada-Nya. “Robbi awzi’nii an asykuroo ni’matakallatii an’amta alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa ad khilnaa birohmatika fii ibaadikashshoolihiin“. Ya Robb kami, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan kepada dua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal shaleh yang Engkau ridhoi; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh. QS An Naml19. Wallaahu a’lam bishshowwab. Nasehat Dhuha Selasa, 23 Februari 2021 48 Hari Menuju Ramadhan 1442 H Oleh Ust Sarwo Edy, ME Klikbmi, Tangerang – Pernahkah kita merasa bahwa kita orang paling tidak beruntung di dunia ini? Atau orang yang selalu dicoba oleh Allah subhanahu wa ta’ala? Atau jarang mendapatkan apa yang diharapkan? Perlu diingat, perjalanan kehidupan manusia tidaklah selalu sesuai yang diharapkan, Kadang manusia harus melewati jalan penuh rintangan setelah jalan yang mulus. Kadang ada gembira dan kadang ada duka. Itulah tabiat kehidupan. Dan yang harus kita ketahui bahwa Ad-dunya daarul bala’ wa daarul imtihan wal-akhiroh darun ni’am Dunia tempat nya musibah dan ujian, dan akhirat tempatnya kenikmatan. Allah menciptakan dunia ini bukan sebagai tempat tujuan manusia untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan. Karena jika Allah menciptakan dunia sebagai tempat tujuan manusia, Terus untuk apa Allah menciptakan surga? Dunia hanyalah perantara. Salah satu ujian yang banyak menimpa manusia adalah kondisi dimana seseorang mendapatkan sesuatu yang tidak diharapkannya. Seseorang yang berusaha menggapai sesuatu yang kelihatannya baik, ia mati-matian mendapatkannya demi tujuan yang diharapkannya. Tapi kenyataannya, realita tidak sesuai dengan ekpektasi. Itu hal yang wajar. Karena manusia hanya disuruh untuk ikhtiar, dan perihal hasil agar diserahkan kepada Allah. An-naasu fit-taqrir, Wallahu fit-taqdiir manusia yang merencanakan, Allah yang memutuskan Jika kita pernah kecewa dengan hasil yang diberikan oleh Allah. Kita perlu mentadabburi surat Al-Baqarah ayat 216 yang berbunyi وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَBoleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Ayat di atas memiliki hubungan yang erat dengan prinsip rukun iman yang ke-6, yaitu iman kepada qadha dan qadar. Bisa jadi musibah-musibah yang kita alami merupakan jalan menuju kenikmatan dan anugrah dari Allah di masa mendatang. Beberapa kejadian yang menunjukkan bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik dan bisa kita ambil hikmahnya. Di antaranya Kisah ibunda Nabi Musa alaihissalam yang menghanyutkan anaknya di atas sungai nil. Dan ketika mendengar bahwa anaknya berada di tangan keluarga raja fir’aun, beliau begitu cemas dan takut. Tetapi tanpa diduga tragedi itu berbuah manis di kemudian Nabi Yusuf alaihissalam yang dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya. Seakan sudah tidak ada harapan untuk hidup. Tetapi kejadian itu membawa Nabi Yusuf ke derajat yang lebih tinggi. Dan banyak lagi kisah yang menunjukkan bahwa tidak ada yang salah dalam ketentuan Allah untuk hamba-Nya. Ikhtiar sebaik mungkin, terus beribadah, berdoa dan selalu berhusnudzon. Allah tau yang terbaik untuk kita. Rekening ZISWAF KOPSYAH BMI 7 2003 2017 1 BNI Syariah a/n Benteng Mikro Indonesia. Sularto/Klikbmi

allah tahu apa yang terbaik untuk kita